Dampak perkawinan anak dari kesehatan: Anak-anak yang lahir dari ibu berusia 15-19 tahun memiliki resiko 8 kali untuk mengalami stunting dan 13 kali mengalami underwight. Resiko stunting pada anak yang lahir dari ibu yang berusia 18 tahun akan bertambah seiring dengan usia ibu yang semakin muda. Ketidaksiapan psikologi pada ibu-ibu muda untuk merawat anak mereka sehingga kebutuhan nutrisi pun tidak kuat. Semakin dini usia perkawinan maka semakin dini pula remaja mulai berhubungan seksual (Early age at first sexual intercourse) sehingga serviks yang belum matur/dewasa akan mengalami trauma oleh karena hubungan seksual yang terlalu dini, hal tersebut memicu karsinogenesi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan pada remaja/usia 16 tahun memiliki resiko anemia sebanyak 40% dibandingkan wanita hamil di usia 20-24 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa 58-80% wanita yang terdapat fitsula (perobekan) saat persalinan adalah kelompok usia di bawah 20 tahun. Kehamilan remaja memiliki resiko untuk lahir sebelum waktunya (prematur). Bayi yang lahir dari wanita remaja beresiko dengan berat badan bayi rendah. Di Kecamatan Ciracas sendiri sejak adanya undang-undang No. 16 Tahun 2019 perubahan atas undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, masih banyak terjadi perkawinan usia anak. Terhitung sejak tahun 2020 telah terjadi sebanyak 28 kasus pernikahan usia anak, bahkan ada kasus pernikahan usia anak yang disebabkan karena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja sehingga dalam keadaan tersebut, mereka diwajibkan untuk menikah di usia anak.